Kepulauan Derawan 🌊, Surga di Timur Ladang Batu Bara, 13-17 Agustus 2016

Tahun ini saya beberapa kali ikut trip, kalau tahun-tahun sebelumnya hanya 1-2 kali dalam setahun, tahun ini sudah 3 kali, mulai dari Ijen – Menjangan – Baluran, Gunung Gede via Gunung Putri, kali ini Kepulauan Derawan di Kalimantan Timur, dan sepertinya belum akan berakhir. *Waktu tulisan ini di-post sudah nambah satu lagi, dan sudah terdaftar di satu trip lagi..*

Saya diajak ikut trip ini sudah cukup lama, pada saat itu saya memutuskan untuk tidak ikut, lebih tepatnya karena masih terlalu jauh, saya ga tau pasti apakah bisa ikut atau tidak. Di saat-saat terakhir muncul slot kosong karena ada peserta yang batal ikut, saya diajak lagi, masih ragu, namun akhirnya memutuskan ikut 😎

Berau, inilah titik dimana kami akan memulai perjalanan darat dan luat di Kalimantan Timur. Ketika mendengar nama Berau, yang ada di pikiran saya adalah batu bara. Ya, memang ada perusahaan tersohor pengolah batu bara menggunakan nama Berau di sana, Berau Coal Energy (BRAU). Kalimantan Timur sendiri meruapakan salah satu daerah dengan cadangan batu bara terbesar di Indonesia.

Derawan

Satu lagi intro yang mau saya tulis, tentang asal usul nama pulau-pulau di Kepulauan Derawan. Saya tertarik mencari tahu tentang latar belakang nama pulau Derawan dan pulau lainnya ini setelah salah satu teman saya cerita kalau nama pulau-pulau ini ada asal-usulnya. Berikut kutipannya dari Kompas.com

Nama Pulau Derawan sendiri berasal dari sebuah mitos romantis, tidak jelas siapa yang yang pertama kali mengisahkan kisah sedih itu.

“Dulu, ada dua keluarga yang akan melangsungkan pernikahan di Pulau Panjang,” kata Rifai mengawali kisah itu.

Di tengah perjalanan yang maha luas mereka bertemu di suatu jalur. Namun tak lama setelah itu, angin kecang dan ombak besar mengombang-ambingkan kapal. “Yang di atas kapal ini berteriak-teriak ketakutan,” katanya lagi.

Ombak yang tinggi dan angin kencang itu akhirnya mendorong kapal-kapal itu ke sebuah karang.

“Kapalnya pecah, penumpangnya tenggelam. Anak perawan yang mau menikah tadi, akhirnya menjadi Pulau Derawan (perawan), ibunya berubah menjadi Pulau Semama (mama) dan kakaknya berubah menjadi Pulau Kakaban (kakak),” tuturnya.

Seluruh anggota keluarga itu pun berubah menjadi pulau, termasuk calon mempelai pria yang berubah menjadi Pulau Sangalaki (laki-laki), sementara calon mertua mempelai wanita dalam kisah tadi menjadi Pulau Maratua (Mertua). “Tapi itu hanya cerita masyarakat saja, kita tahu pulau itu terbentuk dari peristiwa geologis ribuan atau jutaan tahun lalu,” kata Rifai mengakhiri cerita itu.

Demikian.

Trip sharecost kali ini dimotori oleh Cynthia. Konon kabarnya sudah disiapkan dari bulan Maret (= 6 bulan sebelum berangkat). Persiapan yang sungguh matang. Maka, paragraf ini didedikasikan untuknya. Thank you 🙌🏻

Trip Derawan - Penginapan Atas Air

Kami berangkat total 21 orang, 21 orang jumlah yang pas = 2 speedboat = 3 mobil. Trip kali ini saya bertemu dengan orang-orang yang unik dan extremely funny. Dari yang bahasanya belum pernah kita dengar sampai yang bisa bernapas dalam air *lebay*. Dan.. sebagian besar dengan totalitas memaknai YOLO (you only live once), contohnya sampai sekarang grup ini belum pernah absen seharipun membahas “next trip”.. 👏 Konsen kerja ga? Haha.

Oke.. Dagingnya akan saya tulis di halaman yang berbeda. Nulis ini harus saya pecah-pecah karena kemungkinan bakal panjang, pula kesempatan untuk nulis lagi ga banyak, jadi selesainya lama banget. Tulisan ini saja sudah saya mulai dari 23 Agustus dan baru publish sekarang. Moga-moga ga keburu lupa.

*Nanti ini bakal saya link ke halaman-halamannya

Trip Derawan – Hari 1 (13 Agustus 2016): Jakarta – Balikpapan – Berau – Derawan ☀

Trip Derawan – Hari 2 (14 Agustus 2016):

Trip Derawan – Hari 3 (15 Agustus 2016):

Trip Derawan – Hari 4 (16 Agustus 2016):

Trip Derawan – Hari 5 (17 Agustus 2016): Perjalanan Panjang Kembali Ke Jakarta

Indonesia.. 😌

Photo credits: para peserta.

Perokok Miskin Mental

Seperti kebanyakan hari lainnya, hari ini saya pulang naik metro mini 91, duduk di baris kedua dari belakang. Yang benar-benar berbeda kali ini, ada bapak-bapak yang menegur seorang perokok *applause*

Tapi sayangnya si bapak ini tampaknya udah frustasi sama perokok, jadi dia negur agak keras, alhasil si perokok ini jadi ngelunjak, tapi ya ga tau juga ya, kalau ditegur baik-baik apa bisa..

Bapak: GA BOLEH NGEROKOK!

Perokok: Kalau mau naik taksi aja..

Bapak: Tau kan ada peraturan ga boleh ngerokok di kendaraan umum?!

Prokok: Naik taksi.. *sok santai*

Bapak: Orang baru di Jakarta ya?! Orang udah ada aturan dari tahun [88/98/08] ga boleh ngerokok di kendaraan umum! Bukan masalah naik taksi… *kesel*

Perokok: *Tetep ngerokok, dari baunya..*

Saya ga gitu denger jelas semunya. Saya ga nengok ke belakang juga, tapi kayanya sih dia tetep ngerokok, soalnya masih keciuman bau knalpotnya asepnya..

Nah, dari kejadian ini, yang pertama saya salut buat si bapak.. Jarang-jarang ada orang yang negur perokok begitu, biasanya orang pasrah aja haknya untuk menghirup udara sehat dirampas (termasuk saya)..

Kedua, saya jadi mikir, ada tiga jenis kemiskinan yang saling berhubungan:

Tingkat Sangat Parah Parah Cukup Parah
Jenis Miskin Mental Miskin Ilmu Miskin Harta
Sumber Pendidikan Pembelajaran Pekerjaan

Miskin mental adalah dimana orang melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan karena dia TIDAK MAU TAHU. Bukan karena tidak tahu. Miskin jenis ini yang paling parah, karena penderitanya punya jalan pikir yang aneh, tingkah laku yang aneh, sok-sokan ala freeman a.k.a. preman.

Mereka akan berpikir dengan “Masa bodo”, “Akan kulakukan apa yang kumau, tak ada yang bisa halangi, apapun..”, “Aku bangga bisa melanggar peraturan, aku unik, aku jadi pusat perhatin, aku hebat..”, “Ga ada yang bisa ngajarin aku, aku benar, kalian bawel..”

Orang yang miskin mental biasanya miskin ilmu dan miskin harta. Orang itu ga bisa diajarin, karena udah merasa hebat duluan, jadi ga ada ilmu yang dia punya, karena ga ada ilmu, dia ga bisa menghasilkan apa-apa, jadilah dia juga miskin harta.

Miskin ilmu sendiri karena kurang belajar, melakukan sesuatu karena tidak tahu termasuk miskin ilmu, asalkan setelah diberi tahu dia tidak melakukannya lagi, dan miskin harta karena kurang kerja.

Menurut saya, Indonesia sangat butuh pendidikan untuk membentuk mental individu, yang pada akhirnya akan menjadi mental bangsa Indonesia secara keseluruhan. Saya yakin Indonesia akan menjadi sekelas Jepang jika mental individu per individunya terbentuk dengan baik, bahkan jauh melebihi Jepang karena kita punya banyak kelebihan. Tuhan memberkati Indonesia dengan melimpah-limpah, sayangnya hal ini malah disikapi dengan kemalasan.

Kita perlu dididik dengan keras untuk malu melakukan sesuatu yang melanggar hukum, malu untuk menganggu hak orang lain, malu jika makan di warteg tidak bayar(jangan bangga), tidak bangga karena “ditakuti” — biasanya sekaligus dibenci, tidak bangga tentang seberapa parah hal negatif yang pernah dilakukan, malu dan gelisah jika tidak melakukan hal berguna, dan masih banyak lagi.

So, what can I do? What can you do? What can we do?

May God Bless Indonesia!

Abdurrahman Wahid a.k.a. Gus Dur, Telah Wafat

Selamat Jalan Abdurrahman Wahid a.k.a. Gus Dur, Presiden ke-4 (Periode 1999-2001) Republik Indonesia.
Beliau wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009, pukul 18.45, di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Gus Dur memasuki masa kritisnya pada pukul 18.15.
Presiden menjabat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga sempat menjenguk Gus Dur pada pukul 18.30.

Kondisi kesehatan Gus Dur diberitakan menurun seminggu kebelakang ini karena kelelahan saat melakukan kunjungan, gula darahnya menurun, ia juga menjalani cuci darah rutin, juga menjalani operasi gigi pada hari Senin, 2 hari yang lalu.

Berbagai peringatan akan dilangsungkan untuk mengenang dan memperingati wafatnya Gus Dur. Presiden SBY telah menghimbau untuk menaikan bendera setengah tiang selama satu minggu untuk memperingati wafatnya Gus Dur. Warga Surabaya dari golongan lintas agama menyalakan satu juta lilin, dan lain-lain.

Satu yang masih saya ingat, Gus Dur pernah keluar dari Istana Negara dengan menggunakan celana pendek, menemui masyarakat, rasanya belum pernah ada presiden yang seperti ini. Disamping terkenal sebagai seorang yang nyeleneh, dan ceplas-ceplos. Gus Dur adalah tokoh seorang kemanusiaan. Sebagai presiden ia tidak pernah menggunakan kawalan saat bepergian. Ia selalu bersilaturahmi setiap saat, menghapus batas-batas perbedaan. Ia juga dikenal sebagai tokoh antidiskriminasi, salah satu buah karyanya yang masih kita rasakan sampai sekarang adalah kebebasan bagi masyarakat Tionghoa (Chinese) untuk merayakan Imlek sebgai hari libur nasional, juga diperbolehkannya kesenian Tionghoa diakses publik.

Terima kasih untuk segala kontibusimu bagi Indonesia.

Indonesia Pencuci Dosa Negara Maju

indonesia_mapIndonesia tidak boleh menjadi green wash negara maju. Indonesia bukanlah pencuci dosa-dosa negara maju karena negara-negar ini terus berkelit dari kewajiban menurunkan emisi.

Demikian dikatakan Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, pada pertemuan  informal dengan Civil Society Forum on Climate Justice (CSF), di Poznan, Polandia, Rabu (10/12).

CSF sangat mendukung posisi Menteri Lingkungan ini. ”Jelas Indonesia tidak boleh menjadi negara  “pencuci dosa-dosa” negara-negara maju.”tegas Giorgio Budi Indarto. Menurut juru Bicara CSF ini dari proses negosiasi COP-14, terlihat bagaimana kelompok negara yang tergabung dalam Anex-1 terus berkelit dari kewajiban menurunkan emisi, bahkan mereka berupaya mengalihkan kewajibannya  kepada negara berkembang.

Dalam pertemuan khusus yang dilakukan di sela-sela berlangsungnya COP 14/CMP 5, CSF menyampaikan hal-hal terkait  dengan proses negosiasi, Reduction Emission Degradation and Deforestation (REDD), dan  Pasca 2012.

Menanggapi  usulan CSF, Witoelar berjanji  akan mengangkat kewajiban negara maju untuk melakukan deeper cut, pengakuan masyarakat adat dan lokal serta perlunya pengarusutamaan gender dalam penanganan perubahan iklim dalam pidato ministrial meeting yang akan digelar mulai tanggal 11 Desember.

Terkait REDD, Indarto menyampaikan agar pemerintah Indonesia  tidak  menilai  hutan hanya sekadar sebagai  stok karbon, namun harus dilihat juga nilai dari fungsi-fungsi keanekaragaman hayati  yang lain. ”Sebaiknya juga, saat membicarakan hutan  dalam penanganan perubahan iklim, Indonesia harus  mengedepankan kepentingan tutupan hutan (forest cover) bukan hanya carbon stock dari tegakan pohon semata.” tambahnya lagi.

CSF mengingatkan agar pemerintah menempatkan keselamatan  serta perlindungan hak-hak masyarakat, perempuan dan laki-laki sebagai pertimbangan utama dan penting dalam negosiasi. Jika REDD sebagai alternatif terakhir untuk menyelamatkan hutan akan diterapkan, maka mutlak diperlukan adanya kesiapan dari forest governance di tingkat nasional.
REDD dalam arti sebenarnya atau pengurangan emisi dari sektor kehutanan harus disepakati dengan cara yang partisipatif,  transparan, adil, dengan mekanisme pembagian keuntungan yang adil sehingga tingkat deforestasi sangat tinggi di Indonesia dapat dikurangi tanpa meminggirkan masyarakat.

”Akan sangat baik jika di COP berikutnya di Copenhagen, Indonesia sudah memiliki  tentang penerapan program pengurangan emisi dari kehutanan yang sesuai dengan koridor demokrasi” imbuh Indarto .
bali_saung
Untuk Pasca 2012, CSF menuntut agar Indonesia menyerukan secara tegas upaya penurunan emisi secara tajam (deeper cut) dan adanya kepemimpinan (leadership) dari negara maju untuk melakukan penurunan emisi tersebut dan keputusan final pada COP-15, komitmen yang terukur untuk pendanaan adaptasi dan mitigasi untuk negara non Annex-1 serta teknologi transfer.

Rachmat Witoelar menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tetap akan menjamin  pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat adat dan lokal meskipun Witoelar mengakui dalam proses negosiasi yang terjadi, tidak sedikit para pihak yang menentang. Sehingga perundingan yang dihasilkan merupakan upaya kompromi yang maksimal .

Sumber: KCM